BPH Migas Dukung Depot BBM Siantan Pindah ke Pelabuhan Kijing

BPH Migas meninjau Terminal Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat, yang diproyeksi akan menjadi kawasan pelabuhan terbesar di Kalimantan serta akan menjadi salah satu pelabuhan strategis di Indonesia. Beberapa potensi yang bisa dikembangkan dikawasan pelabuhan seperti storage maupun jaringan pipa bisa dilakukan.

Luas total kawasan ini mencapai 200 hektare dengan trestle sepanjang 3,45 km serta dirancang mampu melayani kapal kontainer dengan kapasitas di atas 10 ribu TEUs (twenty-foot equivalent unit) dengan ukuran container sebesar 20 feet. Sementara untuk 40 feet bisa melayani hingga 2 TEUs. Terminal peti kemas di Kijing juga dibangun dengan kapasitas 2 juta TEUs per tahun.

Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa menyatakan bersama dengan Pertamina dan AKR berupaya menggarap potensi ini dengan memaksimalkan utilisasi di sektor Hilir Migas untuk Terminal Kijing. BPH Migas juga akan bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura (Untan) untuk kajian akademik memaksimalkan utilisasi sektor Hilir Migas di pelabuhan ini.

“Terminal Kijing adalah pelabuhan yang orisinil dibangun PT. Pelindo mulai dari nol, karena itu, pemanfaatannya mesti dimaksimalkan,” ujar Ifan sapaan M Fanshurullah Asa, dalam siaran resmi Rabu (19/05/2021).

Salah satu upaya optimalisasi pemanfaatan pelabuhan Kijing yakni bagaimana TBBM Siantan yang draf kedalaman cuma 4 m karena sedimentasi, disarankan segera dipindahkan. Hal ini perlu dilakukan karena setiap bongkar harus dipindahkan dulu ke kapal-kapal kecil yang membuat biaya tinggi.

Untuk itu diperlukan kajian akademik agar bisa dipindahkan di Kijing sehingga ada efisiensi. Selain itu elpiji PT.Gemilang Asia Sejahtera, walaupun masih luas dan punya tongkang serta saat ini masih bisa masuk, namun bisa dipertimbangkan bergeser ke Kijing.

Saat ini AKR pun sedang melakukan lelang untuk chemicalnya ke BAI, jika menang maka probabilitas untuk pindah besar, karena mobilitas akan lebih cepat.

“Karena itu Pertamina mesti siap, jangan sampai kalah dengan swasta. Kemudian LNG, meskipun gas tidak ada di Kalbar, namun ada peluang dari Natuna diangkut dengan kapal LNG, diarahkan untuk kawasan industri,” ujar Ifan.

Nantinya BPH Migas akan melakukan lelang wilayah jaringan distribusi untuk kawasan industri. Untuk Tahap awal bisa disiasati dengan menggunakan isotank. Sementara untuk LNG bisa memanfaatkan dengan membangun storage . Dengan begitu masyarakat Kabupaten Mempawah bisa menggunakan jargas berbasis LNG.

Proyek ini menurutnya bisa menjadi percontohan dan menjadi yang pertama di Indonesia. Selama ini yang dilakukan karena gas bumi sudah ada di lokasi tersebut, untuk itu Kabupaten Mempawah pun akan terus berkoordinasi dengan Komisi VII DPR RI untuk mewujudkan proyek ini.

“Pipa trans Kalimantan itu rencana jangka panjang, tetapi jangka pendeknya penting dibangun storage, skema boleh APBN, boleh investasi,” ujarnya.

Ifan mengungkapkan, setiap harsetidaknya 200 MMSCFD, padahal jarak Natuna ke Kalbar hanya 500 km. Di dalam rencana induk jaringan transmisi gas bumi nasional 2012 sudah ada Kepmen nomor 1033, pipa akan dibangun dari Natuna ke Kalbar, dan di pelabuhan terbesar itu bisa dibuat landbase dan gunakan isotank.

Dalam kesempatan yang sama Sekretaris Daerah Kabupaten Mempawah Ismaimenyampaikan bahwa Mempawah komitmen dan mendukung penuh yang disampaikan Kepala BPH Migas. Selain sudah menyurati, juga berharap dukungan penuh dari Kementerian ESDM, demikian pula Komisi VII DPRRI.

“Apresiasi untuk BPH Migas yang kesekian kalinya menegaskan dan menguatkan untuk Terminal Kijing, terlebih untuk upaya perwujudan jargas di Kabupaten Mempawah, dan bisa menjadi pengdongkrak ekonomi daerah,” ujar Ismail.

Selanjutnya Manajer Kawasan Terminal Kijing PT Pelindo Helmi M. Yusuf menjelaskan bahwa saat ini pembangunan Terminal Kijing sudah mencapai 90%. Rencananya proyek ini akan diresmikan Presiden 17 Juni 2021 atau paling lambat setelah perayaan HUT kemerdekaan.

Untuk optimalisasi ini peluang kerjasama terbuka untuk kalangan dunia usaha, baik yang dekat akses maupun yang diluar. Ada juga beberapa perusahaan CPO yang siap masuk dengan status sewa danvdengan perhitungan yang rasional saling menguntungkan. Demikian pula pipa lainnya, BBM ataupun gas sangat memungkinkan karena pipa nanti dipasang menyeberangi bawah trestle.

SAM Pertamina Kalbar Weddy Surya Windrawan menyampaikan bahwa Pertamina memang sudah melakukan beberapa kali kajian untuk kemungkinan pemindahan TBBM Siantan ke tempat lain dalam hal ini Kijing. Mengingat kondisi alam di sekitar Siantan sudah tidak kondusif, sekarang sudah banyak resiko, adanya pendangkalan sehingga harus dilakukan ship to ship yang tentu biaya besar.