Saya nggak pernah pusing mengenai position, saya nggak pernah pusing mengenai money. Yang saya pikirkan bagaimana saya bisa memberi ke lebih banyak orang. Saya berdoanya dua, I wanna have power more, dan saya mau giving more.
Terlahir dari keluarga pelaut, Yossianis Marciano atau yang akrab disapa Yossi menyadari bahwa maritim telah menjadi passion-nya sejak kecil. Terlebih sejak menjalani pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), saat itu Yossi semakin jatuh cinta dengan dunia kepelabuhanan. Dari kecintaannya tersebut, Yossi berhasil menjadi satu-satunya General Manajer (GM) termuda di lingkup IPC grup. Tak berhenti di situ, memasuki usia ke 36 tahun, Yossi kembali mencatatkan sejarah sebagai Direktur termuda IPC dengan penunjukannya sebagai Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PTP Multipurpose.
Turbulence di Awal Karier
Sekitar 11 tahun lalu tepatnya pada Desember 2007, Yossi mengawali karirnya di IPC Group sebagai Operation Executive. Setelah mendapatkan pengalaman 10 bulan, Yossi dipindahkan ke Divisi Corporate Secretary, tepatnya sebagai Sekretaris Direksi. Walaupun sempat meragukan karier di Secretary, namun Yossi ternyata justru dikejutkan oleh pengalamannya selama berkecimpung kurang lebih lima tahun di divisi tersebut.
“Pertama saya pikir ini turbulence banget dari maritime ke Secretary. Lucky me, ternyata Secretary yang saya pikirkan itu tidak sama. Ternyata jadi Secretary itu knowledge-nya luas sekali,” ucapnya. Selepas itu, Yossi mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di Universitas Maritim di Belanda. Selama 1,5 tahun, dirinya memperdalam ilmu kemaritiman dari Negeri Kincir Angin itu.
“Belanda itu mengajarkan kita untuk tertib, kerja produktif, efisien, menghormati orang, dan lingkungan. Saya yakin di Indonesia juga sama, hanya di sana lebih straight, seperti di Singapura dimana semuanya diatur. One thing yang saya selalu bilang, bukan soal sekolah di Belanda atau di Eropa, tapi ketika pulang berubah nggak menjadi lebih baik? Percuma sekolah jauh-jauh tapi kalah dalam hal integrity dan keberanian menyampaikan pendapat dengan lulusan SMA. Saya diajarin di Belanda itu, mereka sangat respect terhadap hal yang logic. Apapun itu, sampaikan saja dengan berani,” pungkas Yossi.
Titik Balik Hidup dari Cirebon
Kepada Tim IPC News, Yossi menceritakan tentang turning point dalam hidupnya saat dipercaya menjabat sebagai Manager Operasi IPC Cabang Cirebon. Diwarisi permasalahan yang telah mengakar selama sepuluh tahun di wilayah operasional yang penuh kekerasan tak membuatnya gentar.
“Berbicara Cirebon itu berarti berbicara saya mau dekat dengan kematian. Jadi saya itu berulang kali didatangi dan diancam preman, saya pernah diarak tapi saya nggak mati, dan saya pernah dikasih rompi antipeluru oleh keamanan. Bukannya saya nekat, tapi saya selalu memiliki strategi matang dalam bertindak dan berdoa sebelum melakukan apapun. Atas apapun yang terjadi dalam hidup saya, harus Tuhan yang duluan,” ucap Yossi mengenang masa-masa perjuangan di Cirebon.
Dengan kerja keras, strategi komunikasi yang baik dan didukung oleh team leader dan team work yang solid, Yossi mampu membawa perubahan besar bagi Cirebon. Warisan issue yang tak kunjung usai, berhasil ia solve dalam waktu kurang dari satu tahun dan memberikan nilai-nilai hidup yang tak ternilai yang kini menjadi prinsip-prinsip utamanya dalam menjalani kehidupan.
Pernah Berambut Gondrong
Dibalik penampilan formal dan rapih sebagai Direktur, Yossi ternyata pernah melalui masa-masa menjadi pegawai IPC berambut gondrong yang menuai kontroversi. “Saya orangnya suka nyeleneh kepada sesuatu yang nggak diatur. Waktu itu di IPC belum ada peraturan mengenai rambut. Jadi waktu saya berambut gondrong, saya mau lihat para senior itu bekerja based on rambut atau based on performance,” celoteh Yossi.
“Saya nggak mau ekspresi itu dibatasi. Tapi kalau ada rule and regulation, saya pasti happy dan melakukan sesuai dengan peraturan itu. Tapi jangan pernah kita diatur sesuatu yang nggak punya aturan. Saya mau change mindset dari para senior leader untuk melihat based on performance, bukan physical appearance. Tell me, mana aturannya. Kalau ada aturannya, I’m gonna follow it wholeheartedly. Tapi kalau nggak, you take care of your own business lah, jangan ngajarin saya mengenai berbisnis,” lanjutnya tegas.
Terbebani dengan Sebutan GM dan Direktur Millenial Pertama di IPC
Digadang-gadang sebagai pemimpin bergaya milenial pembawa perubahan, Yossi sempat disandingkan dengan beberapa public figure sekaligus aktivis lingkungan seperti Nirina Zubir dan Enterpreneur Muda Putri Tanjung pada acara IPC Milenial Talk yang diselenggarakan tahun 2019 lalu. Namun demikian, Yossi mengakui bahwa predikat tersebut memberikan beban tersendiri baginya.
“Jujur saja itu merupakan tantangan yang berat. Karena saya nggak mau mengecewakan teman teman IPC Muda, para senior di IPC dan Manajemen IPC tentunya. Yang ingin saya sampaikan untuk seluruh pelabuhan IPC, siapapun itu, kalau kita memahami operasional dan business process, itu sebenarnya tidak ada pelabuhan kita yang rugi. Yang penting kita manage dengan benar.”
Pernah Diusir Karena Menyampaikan Aspirasi
Prestasi yang telah diraih selama berkarier di IPC tentu tak terlepas dari masa-masa pahit perjuangan. Salah satu yang sangat ia kenang adalah saat berselisih paham dengan seorang atasan karena keberaniannya mengungkapkan aspirasi yang ia yakini perlu untuk diungkapkan.
“Saya nggak mau menjadi orang yang selalu yes boss atau yes man. Saya merasakan itu waktu pertama saya masuk IPC. Saya pernah diusir atasan gara-gara berani ngomong. I feel it. Tapi sekarang ketika saya menjadi leader, mereka sangat memperhitungkan saya,” ujarnya bangga.
Tantangan Sebagai Direktur Muda PTP
Menyoal tentang tantangan yang dihadapi sebagai Direktur Muda dan strategi yang akan dilakukan bersama Direksi PTP lainnya, Yossi dengan tegas menjawab bahwa perubahan karakter, budaya dan komunikasi yang baik adalah hal yang harus dilakukan.
“Change. People. Setiap dimana-mana itu, ngatur uang, barang atau SOP itu mudah. Tapi mengatur people untuk mengikuti goals kita itu yang sulit. Leadership itu harus mengklarifikasi message dan tujuan yang sama. Sampaikan, hey kita mau ke sini, do it your way, tapi tujuan kita ke sini,” pungkasnya.
Pesan untuk IPC Muda dan Generasi Millenial
“Saya sudah mengalami usia 0 sampai 30 tahun itu untuk taking, coba sekarang kita berubah, mulai care, peduli. Biasanya teman-teman Millenial banyak yang tidak sabaran, tapi kita harus bersyukur melihat ke bawah, banyak orang yang lebih susah. Jadi ayolah kita mulai caring, belajar giving, belajar serving dan belajar sacrificing. Tujuan utamanya ngapain sih kita hidup? Kan ada assignment dari Tuhan, itu yang harus kita lakukan melalui pekerjaan kita masing-masing. Pikirin lah hal-hal yang vertikal daripada hal-hal yang horizontal. Come on, stop complaining. Just do it, dan jangan pernah menyerah,” tutup Yossi. (IPC)
Leave a Reply