Berdasarkan hasil penelitian Thomas J. Stanley Ph.D mengenai faktor-faktor penentu kesuksesan menunjukkan bahwa “Jujur” berada pada urutan ke-1, sedangkan “tingkat IQ” berada di urutan ke-21 serta “lulus dengan nilai terbaik” menjadi kunci kesuksesan ke-23.
Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis, Ogi Rulino membuka sesi Ngobras (Ngobrol Santuy) kali ini dengan menjabarkan hasil penelitian seorang Profesor bernama Thomas J. Stanley Ph.D yang melakukan penelitian pada 100 orang CEO. Sebanyak 80% dari para CEO yang menjadi sample penelitian tersebut menyatakan bahwa hal paling utama yang menentukan kesuksesan adalah kejujuran.
“Ternyata jujur itu sangat utama. Karena tanpa kejujuran, manusia dapat dikatakan jauh dari sukses. Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang selama ini, baik dalam masa mudanya, ataupun dalam kariernya, selalu menerapkan prinsip-prinsip kejujuran,” tegas Ogi.
Mari Kita Belajar dari Negara-negara yang Menjunjung AMANAH
Seperti halnya budaya Jepang yang menjunjung tinggi kejujuran. Dengan populasi dalam kota yang mendekati 14 juta orang, jutaan barang hilang di Tokyo setiap tahunnya. Tetapi sejumlah besar barang itu kembali ke pemiliknya.
“Waktu saya tinggal di Jepang, saya mengetahui ada sebuah pusat lost and found di Kantor Polisi wilayah Tokyo. Bayangkan, di sana terdapat ribuan payung karena payung adalah barang yang paling sering tertinggal. Kenapa payung-payung ini dititipkan? Karena orang Jepang itu sangat anti mengambil barang orang lain. Tujuh tahun saya di Tokyo, sekitar 85% barang hilang itu bisa dikembalikan karena orang di sana menganggap bahwa barang yang tidak mereka miliki tidak boleh diambil,” kenang Ogi.
“Jadi saya ingin menekankan lagi bahwa kepercayaan itu sangat penting, walau hanya sekedar payung. Saya ingin kita semua menerapkan itu. Kalau sesuatu itu bukan milik atau hak kita, tolong diletakkan kembali pada tempatnya. Begitu pula pada saat kita melakukan pekerjaan. Pada saat dihadapkan suatu pilihan atau keinginan yang tidak baik, tolong pikirkan kembali bahwa itu bukanlah milik kita,” ujarnya.
Negeri lainnya adalah Singapura. Negara dengan disiplin tinggi yang dikenal dengan tingkat ease of doing business terbaik di dunia karena tingkat corruption di negara ini sangat rendah. Kepercayaan publik yang sangat tinggi dan aturan yang sangat clean. Hitam putihnya jelas dengan aturan, reward, serta punishment yang tegas dalam aktualisasinya.
Selain itu ada juga Finlandia, negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di dunia. Bagaimana warga Finlandia bisa mendapatkan kebahagiaan tersebut? “Orang-orang di Finland itu sangat happy, the happiest. Karena mereka merasa bahwa hidup mereka tanpa beban. Mereka menjalankan masing-masing hak dan kewajiban mereka, mempercayai bahwa kewajiban mereka adalah hak orang lain, dan begitupun sebaliknya. Sehingga ini membentuk strata sosial yang baik. Masing-masing menjalankan hidupnya dengan bahagia,” tutur Ogi.
Mengelola Mutu dengan AMANAH
Ogi menutup penuturan materinya dengan menekankan bahwa mutu dari jasa dan layanan yang diberikan IPC sangat erat kaitannya dengan AMANAH. Pada pembahasan ini terdapat empat hal yang beririsan dengan mutu, yaitu Continuous Improvement, Business Process, Performance, dan Data.
“Pada Continuous Improvement adalah bagaimana kita terus menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lalu bagaimana kita bisa melakukan suatu Business Process yang baik sehingga setiap proses itu refer kepada quality, GCG, norma hukum, dan etika bisnis. Terkait dengan data, kita harus terus meningkatkan Data Trust Index, sehingga kita memiliki basis data yang reliability-nya tinggi. Terakhir, bicara quality tentu tak dapat terlepas dari Performance. Tentu kita harus memberikan performance yang baik, SLA yang tinggi, sehingga customer yakin bahwa apa yang kita berikan sesuai dengan apa yang mereka bayar,” tutur Ogi.
Kepercayaan itu Seperti Vas Kaca
Seperti sebuah vas yang terbuat dari kaca, sekali itu hancur, mungkin kita bisa memperbaikinya. Namun semuanya tak lagi akan sama seperti sebelumnya.
“Trust itu earned, not given. Jadi saya minta tolong agar AMANAH itu dijaga dengan baik. Sehingga kita bisa dihargai sama seperti kita melakukannya. Jadi trust itu tidak diberikan, namun bagaimana kita membangun kepercayaan itu dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari saat ini,” pungkas Ogi. (IPC)
Leave a Reply