Indonesia Young Business Leaders Award (IYBLA) 2021 merupakan ajang yang digelar majalah SWA dan PLN (Persero) untuk memacu munculnya pemimpin-pemimpin muda potensial dan mendorong kesiapan mereka dalam talent pool bisnis. Tak tanggung-tanggung, terdapat 6 orang insan muda IPC yang menyabet penghargaan IYBLA, dan IPC menjadi salah satu perusahaan penyumbang juara terbanyak pada ajang tersebut.
Adalah Yossianis Marciano, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PT Pelabuhan Tanjung Priok, berhasil meraih penghargaan sebagai Top 10 kategori Business Leader. Selanjutnya 5 Insan muda IPC Group lainnya berhasil masuk dalam Top 10 Kategori Function Leader, diantaranya Ganesha Rigshady S (DVP Pelayanan Petikemas IPC), Febriandika Putra Anggia (ADGM Perencanaan dan Pengendalian IPC Cabang Tanjung Priok), Putra Indra Kusuma (ASM Pengendalian Operasi, PT IPC Terminal Peti Kemas ), Anintya Novitasari (DVP Corporate Communication & CSR PT Pelabuhan Tanjung Priok ), dan Vonny Oktaviana Sari (Senior Manajer Pengembangan Bisnis, PT IPC Terminal Peti Kemas).
Tim redaksi IPC News berkesempatan untuk menggali pengalaman dan insight dari 5 Insan IPC Group pemenang IYBLA. Diantaranya adalah Yossianis Marciano (Yossi), Febriandika Putra Anggia (Febri), Putra Indra Kusuma (Indra) dan Anintya Novitasari (Anin), dan Vonny Oktaviana Sari (Vonny).
Formulasi Kepemimpinan ala Febriandika
Formulasi memang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Formulasi biasa digunakan dalam ilmu matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sangat membantu kita dalam beraktivitas sehari-hari. Sama halnya dengan Febriandika. Dalam sesi penjurian Indonesia Young Business Leadership Award (IYBLA), Febri yang senang dengan hal-hal yang bersifat formulasi atau perhitungan matematika ini mengungkapkan, ia mempunyai konsep orisinal tentang leadership dengan melakukan pendekatan atas penggunaan formulasi atau bersifat kuantitatif. Febri menggunakan pendekatan rumus energi mekanik (mechanical energy) untuk menerapkan konsep leadershipnya. Formulasi Energi mekanik itu sendiri adalah Energi Potensial (Potential Energy) ditambah dengan Energi kinetik (Kinetic Energy).
Energi potensial memiliki rumus = m × g × h, dimana ‘m’ merupakan ‘massa’ yang berarti otentisitas diri dan ‘g’ merupkaan ‘gravitasi’ yang berarti pengaruh lingkungan. Dalam rumus tersebut terdapat faktor ‘h’ (ketinggian) yang menurut Febri memiliki filosofi, bagaimana ia mampu membuat orang-orang dalam tim nya menganggap bahwa mereka mampu berperan lebih tinggi, sehingga mampu menggerakkan energi-energi baru.
Selain itu, ada rumus Energi kinetik (EK) = 0,5 x mv2, , dimana ‘m’ merupakan ‘massa’ yang berarti otentisitas diri. Dalam rumus tersebut terdapat faktor ‘v’ (kecepatan) yang menurut Febri memiliki filosofi, bagaimana memberikan arahan kepada tim nya untuk melakukan pekerjaan dengan kecepatan yang stabil dan terus di jaga, dalam hal ini cepat dalam berkontribusi dan cepat dalam pengambilan keputusan. Ketidakstabilan dalam ‘kecepatan’ seorang pemimpin, akan mempengaruhi produktivitas dalam bekerja.
Ia mempunyai prinsip Good, Better, dan Best. ‘Good’ adalah mengeluarkan potensi yang ada dalam diri. ‘Better’, adalah ketika mempunyai networking yang baik dan bergabung dengan circle di luar untuk menjadi lebih baik. Sedangkan ‘Best’ adalah mampu menyeimbangkan antara konsep dan implementasi, dapat juga berarti menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan diluar pekerjaan.
Harapan Febri, IPC dapat menjadi perusahaan yang go-global dari berbagai aspek. Bukan hanya sekedar branding, tetapi implementasinya dilakukan secara menyeluruh. Febri pun berharap pangsa pasar IPC dapat terus meningkat dengan terus mengembangkan pasar di luar wilayah IPC.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan kolaborasi antar IPC Group yang harus ditingkatkan dengan meniadakan cylo-cylo antar bagian di dalam Internal IPC. “Semua harus berkolaborasi dan minimal mengetahui pekerjaan atau kegiatan di bagian lain, supaya kita bisa mengerti cara berfikir orang di bagian yang lain tersebut”. Ungkap Febri.
Febri berpesan kepada teman-teman millenial untuk perbanyak circle baik dikehidupan didalam maupun diluar pekerjaan kantor. “Harus nambah circle-circle lain, jangan puas dengan comfort zone, usahakan untuk expand comfort zone kita, sehingga bisa meng-improve diri sendiri dan meng-influence orang lain” tutup Febri.
Resep Transformasi Anintya Novitasari
Tantangan dimulai ketika PTP melakukan spin off bisnis yang awalnya melayani kegiatan bongkar muat petikemas dan non petikemas, menjadi non petikemas saja. Dan semula hanya 1 wilayah kini bercabang menjadi 10 wilayah. Pada saat itu PTP dihadapkan dengan isu menantang, bagaimana cara meng-engage karyawan di seluruh cabang dan melakukan implementasi transformasi budaya secara cepat dan menyeluruh agar fokus bisnis baru yang dilakukan PTP dapat langsung berjalan maksimal. Saat itu, Anintya membentuk Change Agent, dengan melakukan berbagai sosialisasibudaya, inovasi, berbagai macam kompetisi, PTP Talks, motivasi, dan rangkaian program menarik lainnya yang dilaksanakan di seluruh cabang PTP.
Usaha tidak mengkhianati hasil. Jerih payah tim manajemen PTP termasuk Anintya saat itu mulai membuahkan hasil-hasil positif. Para pekerja di berbagai cabang mulai termotivasi dan bangga menjadi bagian dari insan PTP. Anin juga memanfaatkan tim Change Agent yang jumlahnya ratusan ini untuk mensukseskan berbagai program transformasi di PTP.
Resep lain yang dilakukan Anin dalam membuahkan berbagai program inovatif adalah dengan melakukan benchmarking inovasi ke berbagai perusahaan yang telah dianggap berhasil dalam menciptakan program-program inovasi. “Harus banyak melihat ke luar. Membuat program menarik dan mentrigger berbagai pegawai, misalnya mengadakan lomba culture innovation ke berbagai cabang untuk menyaring berbagai ide inovasi dan kreativitas, lomba Ide budaya, dan mengadakan giveaway untuk menyaring kreativitas dari seluruh insan PTP” ungkap Anintya.
Breaking the limits! “Kita harus berkolaborasi dengan berbagai divisi lain, jangan ada silo”. Ungkap Anin. Ia mencontohkan kolaborasi yang dilakukan di PTP. Di satu sisi, internal PTP sedang sangat gencar melakukan transformasi, dan gayung pun bersambut. Anin pun ‘melambe turah’ kan transformasi positif tersebut ke berbagai media eksternal sehingga citra positif dari PTP akan terbentuk dan dengan sendirinya market akan terus berdatangan dan meningkatkan brand awareness terhadap PTP.
Anin berpesan kepada milenial IPC group untuk terus mengeluarkan ide-ide out of the box nya, dan berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan. “Jika atasan minta A, sebisa mungkin kasih A+.” Tutup Anin.
Strategi Improvement Terminal Putra Indra Kusuma
Indra yang memiliki pengalaman cukup dalam improvement knowledge dan skill operasional dalam melakukan transformasi di berbagai terminal peti kemas IPC, diantaranya Pelabuhan Tanjung Priok Domestik dan Ocean Going, Panjang, Jambi, dan Teluk Bayur. Sebelum transformasi terminal dilakukan, Indra mengungkapkan hal utama yang harus dilakukan adalah mentransformasi ‘People’ terlebih dahulu, Karena People adalah aset terpenting perusahaan yang harus mendapat perhatian utama, dan menjadi penggerak bisnis Terminal Petikemas, tanpa adanya People yang berkualitas, bisnis tidak akan berjalan dengan baik, “Jangan sampai kita Implementasi system (IT) yang berstandar internasional, tapi People nya belum berkualitas, tentu Terminal Petikemas itu tidak akan jalan dengan baik ”. Ungkap Indra.
Langkah awal yang ditempuh Indra bersama tim untuk melakukan transformasi terminal adalah melakukan coaching, mentoring dan motivating terkait skill and knowledge kepada SDM di IPC TPK. Setelah itu baru dilakukan staging transformasi, mulai dari kejar paket C, Survival Kit, Standardization, Systemization dan Terminal Integration.
SDM dan System harus terus dilakukan improvement agar produktivitas pelayanan Terminal Petikemas dapat terus meningkat dan berstandar internasional.
Indra memiliki harapan agar IPC mampu meningkatkan pangsa pasar dan bisa melakukan pengoperasian Terminal baru di luar wilayah eksisting .
Dari sisi IT, ia berharap IT Solution yang dimiliki IPC terus meningkatkan pasarnya dengan melakukan business improvement, seperti contoh IPC memiliki anak perusahaan yang bergerak dalam bidang IT Solutions, yaitu ILCS dan EDII. Harapannya ILCS dan EDII tidak hanya berkolaborasi dengan IPC Group, akan tetapi juga berkolaborasi dengan mitra atau stakeholder Pelabuhan lainnya seperti depo, pabrik/hinterland dan market di luar. Sehingga tujuan IPC menjadi ekosistem maritim berkelas dunia terwujud dengan peran dari IPC Group.
Pesan Indra kepada para milenial IPC yaitu mengajak para milenial untuk terus berpikiran positif. “Ketika kita mempunyai pikiran positif, insha Allah akan menghasilkan ide atau gagasan inovasi yang baik, karena tercipta dari pikiran positif tersebut.
“Ojo kendor, tetap saik! Kedepan challenging IPC semakin besar, tentunya membutuhkan ide dan inovasi dari para millennial agar IPC tetap Sustainable”.
Ia pun mengajak diluar tujuan-tujuan perusahaan yang harus dicapai, millennial IPC Group harus mempunyai tujuan terhadap diri sendiri, seperti membuat target 3 bulanan, 6 bulanan, 1 tahun hingga beberapa tahun kedepan dengan diiringi strategi untuk meraih target achievement tersebut. “5 tahun kedepan apa yang harus kita capai, Strategi apa yang kita rencanakan, apa yang harus kita lakukan, apa saja yang menjadi concern, untuk memberikan added value bagi IPC. kita harus punya inovasi yang bisa dimanfaatkan IPC, yang nantinya berujung kepada peningkatan produktivitas, penurunkan biaya dan peningkatkan pangsa pasar” tutup Indra.
Fokus Pengembangan Leadership Vonny
Tahapan yang cukup panjang dilalui oleh para leader muda IPC untuk meraih gelar bergengsi diantara para leader-leader muda di ajang IYBLA ini. Tahapan pertama yang dilakukan adalah peserta diminta untuk membuat bahan presentasi dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian dilakukan seleksi internal oleh SDM IPC. Setelah itu, pegawai terpilih didaftarkan ke penyelenggara kompetisi ajang IYBLA. Selanjutnya, diberi waktu beberapa hari untuk revisi final materi. Kemudian dilakukan sesi penjurian oleh Dewan Juri dan selanjutnya ditentukan 10 besar. Dan Vonny merupakan salah satunya.
Dalam ajang tersebut ia memaparkan perjalanan karirnya sejak dari staf di IPC, hingga saat ini menjabat sebagai Senior Manajer Pengembangan Bisnis, PT IPC Terminal Peti Kemas.
“Mulai dari tantangan yang dihadapi, serta pencapaian dan kontribusi bagi perusahaan. Salah satu kontribusi saya adalah ikut dalam tim yang membangun sistem SISKAKU (Sistem Aplikasi Kerjasama Usaha)” ujar Vonny. Siskaku sendiri adalah inovasi berupa sistem yang dimiliki IPC untuk mengelola data kerjasama usaha yang terintegrasi secara komprehensif.
Menurut Vonny, seorang leader itu harus memiliki arah yang jelas, serta dapat mengarahkan timnya agar dapat berlari bersama menuju yang diharapkan. Selain itu, seorang leader harus dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif dan memastikan setiap anggota timnya dapat berkembang.
Dalam menciptakan insan millennial IPC Group lainnya yang lebih kreatif, inovatif, dan mempunyai leadership yang baik, Vonny menjelaskan perlunya pembekalan soft skill yang cukup, salah satunya melalui training. “Selain itu, insan millennial biasanya merasa lebih tertantang bila diminta mengerjakan tugas yang berupa analisis dan memiliki target output yang jelas, dengan berbatas waktu. Lebih lagi, jika IPC dapat mengadakan acara serupa Indonesia Young Leader dengan scope IPC, mungkin jiwa competitiveness insan IPC akan lebih terpacu” imbuhnya.
Vonny memiliki harapan agar IPC group dapat terus maju dan berkembang menuju visinya yaitu Global Logistic Ecosystem, dan didukung dengan SDM yang handal dan memiliki semangat untuk terus berkembang. Vonny juga memberikan pesan kepada rekan-rekan millennial untuk selalu memberikan yang terbaik bagi IPC. “Jika kita selalu berusaha maksimal melakukan pekerjaan dengan ikhlas, maka dengan sendirinya recognition dan kesempatan untuk berkembang akan selalu datang untuk kita” tutup Vonny.
Jiwa Petarung Yossianis Marciano
Menurut pengalaman yang ia jalani, fase kehidupannya saat berusia 0-30 tahun hanya berkisarTaking dan asking (Mengambil dan meminta), mulai dari dalam rahim orang tua hingga saat ia bekerja. Sampai disuatu titik, dimana Yossi ditugaskan di cabang Pelabuhan Cirebon. Disana ia mulai melangkahkan kaki keluar dari zona nyaman dan tersadar betapa pentingnya untuk melakukan giving (memberi). Tidak sekedar berbagi, akan tetapii juga harus melayani, memberi dengan melayani. Fase selanjutnya yang ia cita-citakan adalah sacrify (pengorbanan).
Melalui kepemimpinannya, ia sangat mendorong agar insan IPC Group berani ‘unjuk gigi dan bertarung’ dengan market diluar IPC untuk mengukur sejauh mana kompetensi yang telah dimiliki agar terus belajar dan tidak sombong.
“one day, kalau bisa, kita tuh harus siap, kalau kita ‘dibajak’ orang lain (diluar IPC Group). Sama kita harus belajar keluar. Berani fight di luar.” Ungkap Yossi.
Ia pun mengajak rekan-rekan satu letting dengannya agar tidak takut kehilangan jabatan saat ini dan mendorong untuk fight di luar IPC Group, membuktikan kepada dunia, bahwa insan-insan IPC mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni dan dibutuhkan banyak orang.
Harapan besar telah ditanamkan Yossi untuk PTP. Salah satu strategi komersial di PTP adalah bergerak dengan lebih agresif, membangun virtual partnership ke berbagai pihak dengan melakukan MoU atau penandatanganan Kerjasama. Tak tanggung-tanggung, PTP menargetkan menandatangani 25 MoU dan mengadakan 75 kontrak baru di tahun 2021. Hal ini dilakukan PTP untuk membuat footprint berupa market di Asean dan Afrika yang merupakan bagian dari BRICS country, yang secara akronim dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, lima negara yang saat ini pertumbuhan ekonominya pesat.
Ia juga berharap, dengan diintegrasikannya PT Pelabuhan Indonesia I-IV, maka PTP diproyeksikan akan mengoperasikan lebih dari 100 pelabuhan dan secara otomatis akan menjadi top 5 Biggest global Terminal Operator khususnya dibidang non petikemas.
Mimpi ini harus tertanam kuat dan mempunyai target-target yang tinggi serta tidak mudah ditebak oleh para competitor. Karenanya Yossi mendorong agar insan IPC harus ‘Gila’ dalam artian positif. “Gila secara ide, promotion, konsep, mimpi, cara kerja, change total!, dan harus punya value” tambah Yossi.
Dalam setiap minggunya, Ia memimpin sharing dengan tim, mulai ditingkat DVP, VP, dan Staff. Mulai dari sharing mengenai maritime, operations, hingga melakukan pemagangan bagi tim komersial PTP agar turun langsung dan memahami ranah operasi secara mendalam. “Orang komersial harus ngerti operations!” tegas Yossi.
Selain sharing dan training dibidang komersial, Yossi pun memberikan target tersendiri kepada tim yang ia pimpin untuk aktif di sosial media LinkedIn dan mendapatkan connection minimal 1000 di tahun 2021.
Pesan Yossi untuk para millennial, pertama adalah harus bangga dengan IPC, karena IPC adalah perusahaan yang hebat. Lalu ia juga menyampaikan dalam setiap pekerjaan harus memberikan hasil yang lebih, jangan pas, apalagi kurang. Dan yang penting juga harus belajar dengan para senior agar mendapatkan wisdom (kebijaksanaan). “Kalau kita cuma smart, cepet, tapi gak ada wisdom, kita nanti bisa gak ada jalur”. Karena para senior sudah mempunyai pengalaman yang lebih banyak, bergaul juga lah dengan para senior jangan hanya dikalangan millennial saja” terang Yossi.
Yossi pun memberikan motivasi kepada para millennial agar mampu melampaui capaian yang telah ia lakukan. “Kalau saya bisa jadi GM millennial (umur 35 tahun), saya pengen temen2x itu agak lebih ekstrem dari saya, umur di bawah saya bisa jadi GM di Pelabuhan yang lebih besar tapi tentunya dengan cara cara yang cantik. Saya bisa, kalian juga harus bisa?” tutup Yossi.
Leave a Reply