New Normal, New You

Seiring dengan krisis kesehatan dan kemanusiaan yang disebabkan oleh pandemi, tatanan kehidupan masyarakat pun kini telah berubah. Perubahan yang terjadi mencakup perilaku hidup bersih dan sehat, perubahan sistem dalam perusahaan serta perubahan interaksi sosial.

IPC sebagai bagian dari masyarakat sosial turut menghadapi tantangan bisnis yang besar, salah satunya meningkatnya ketidakpastian. Dan seperti halnya sisi kesehatan dan kemanusiaan harus pulih, aspek bisnis perlu cara untuk pulih, dan itu bisa dimulai dari sekarang.              

Pemulihan aspek bisnis kemudian menghadapkan kita pada situasi “New Normal”, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita. New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19. Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin untuk COVID-19.

Paparan CEO IPC dalam Indonesia Maritime Club yaitu dalam masa pandemi ini, dibandingkan dengan Pelabuhan di Eropa, tren operasional pelabuhan IPC masih terbilang stabil dan mengalami menurunan yang tidak signifikan, yaitu sekitar 4,02% aktifitas kontainer dari kuartal I tahun 2019. Pencapaian ini tak luput dari perwujudan nilai Nationalism yaitu mampu bersaing dengan perusahaan pengelola pelabuhan kelas dunia yang berdampak pada kebanggaan dan semangat nasionalisme dalam berkarya sekalipun dalam kondisi pandemi saat ini. Salah satu upaya pemulihan bisnis yang dilakukan IPC yaitu Technology, People, and Process yang terdigitalisasi. Digitalisasi menyeluruh adalah kunci dan akan bisa terwujud dengan semangat yang sama yaitu mengedepankan konsumen, berkolaborasi, terus berinovasi, menjaga budaya, dan tentu saja menjalankan change management. 

Artikel HBR yang berjudul Preparing Your Business for a Post-Pandemic World menyadur dari teori Management oleh Henry Mintzberg yang awalnya 5P yaitu Plan, Ploy, Pattern, Position, Perspective berubah menjadi Position, Plan, Perspective, Project, Preparedness. Mari kita fokus pada Perspective sebagai fokus dalam pemulihan aspek bisnis dari sisi tenaga kerja.

Perspektif mengarah pada cara pandang perusahaan dalam melihat dunia dan dirinya sendiri. Kemungkinan besar yang terjadi yaitu budaya atau perilaku yang akan berubah akibat pandemi. Terdapat 2 kemungkinan yang terjadi : pandemi dapat menyatukan orang-orang dan memfasilitasi semangat ketahanan kolektif dan juga dapat membuat orang terpisah dengan individu-individu saling tidak percaya satu sama lain dimana sebagian besar menjaga diri mereka sendiri. 

Pada aspek ini, sangat penting untuk mempertimbangkan bagaimana perspektif kita dapat berkembang. Seberapa siapkah perusahaan secara budaya menghadapi krisis? Apakah situasi yang sedang berlangsung membuat karyawan masih merasa aman? Apakah mereka akan melihat perusahaan secara berbeda ketika ini selesai? Apakah mereka punya cara pandang yang sama bahwa masih adanya peluang dari masa krisis ini? 

Menjadi tugas leader untuk meyakinkan kepada karyawan bahwa selalu ada peluang dalam sebuah krisis yang dihadapi. Pepatah Jepang menyatakan bahwa krisis merupakan perpaduan dari risk dan opportunity yang berarti stand for danger and the other for opportunity. The most one is opportunity to recovery.

Dalam artikel HBR berjudul Workforce Strategies for Post-COVID-19 Recovery, strategi pemulihan tenaga kerja disusun melalui lima tindakan penting: Reflect, Recommit, Re-engage, Rethink, dan Reboot. Peran pemimpin sangat penting dalam memikirkan perspektif tenaga kerja untuk menghadapi pola kerja baru dalam New Normal Era.

Reflect

Refleksi mungkin merupakan langkah terpenting namun tidak mudah dalam proses pemulihan karena para pemimpin harus meluangkan waktu secara berkelanjutan untuk merenungkan apa yang berhasil, apa yang terlewatkan dalam respon krisis dan apa yang akan terjadi selanjutnya. 

Recommit

Perusahaan harus memperkuat komitmen pekerja terhadap kesejahteraan dan tujuan bekerja, mengatasi masalah fisik, psikologis, dan keuangan di tempat kerja dan di rumah melalui komunikasi secara langsung dengan pekerja mereka pada prioritas dan tujuan bisnis baru, mengakui bahwa kinerja kemungkinan akan membawa makna baru di tempat kerja pasca-COVID-19.

Re-engage

Para pemimpin hendaknya memberikan arahan yang jelas kepada para pekerja tentang tugas dan prioritas baru yang akan menjadi pendorong utama kinerja.

Re-think

Dalam momen COVID-19 ini, kita telah melihat pergeseran cepat ke pekerjaan virtual dan jarak jauh, kemitraan baru lintas ekosistem, dan tingkat kemampuan beradaptasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Memikirkan kembali pekerjaan juga berarti memikirkan kembali tenaga kerja — ukuran, komposisi, dan kompensasi — dan manajemen kinerja.

Reboot

Para pemimpin SDM diposisikan secara unik untuk mendukung tenaga kerja mereka melalui pemulihan dan memposisikan perusahaan mereka untuk era ketahanan baru yang dirancang untuk kecepatan, cara kerja baru, strategi perusahaan yang mudah beradaptasi, dan perubahan persyaratan bisnis. 

Dengan mengantisipasi dan mengatur lima prioritas ini, perusahaan dapat memimpin, mempersiapkan, dan mendukung tenaga kerja mereka melalui fase pemulihan seiring dengan memposisikan diri untuk fase berikutnya: berkembang dengan normal baru.

Mengutip dari blog HBR yang berjudul Supporting Teams in Our Current Environment, pekerja dalam proses berkembang tersebut dalam menghadapi lingkungan kita saat ini yang tidak pasti dan cepat berubah menuntut perusahaan untuk mampu menyediakan :

• Peningkatan akses untuk belajar 

       Pekerjaan jarak jauh memberikan peluang besar untuk mendorong pembelajaran berkelanjutan, meningkatkan kebutuhan akan pembelajaran online yang lebih banyak. Pembelajaran online dapat memberikan lingkungan pertumbuhan di mana peserta tidak dibiarkan sendirian dalam perjalanan mereka tetapi sebaliknya dapat terhubung dan belajar secara sosial. 

• Strategi komunikasi yang diperbarui 

       Strategi komunikasi di masa krisis harus menawarkan forum bagi orang-orang untuk membahas keprihatinan mereka dengan aman dan untuk membagikan pembaruan perusahaan secara keseluruhan.

• Empati dan dorongan

       Mendukung karyawan yang bekerja dari rumah dengan membantu mereka menemukan sumber daya untuk melakukan pekerjaan “baru” mereka dengan baik. L&D harus membantu karyawan dalam mengenali dan mengatasi perubahan saat ini dalam keseimbangan pekerjaan/kehidupan mereka dan dalam mempertahankan pola pikir yang sehat.

Berperang melawan pandemi ini merupakan salah satu bentuk Nationalism yang juga tak luput dari bentuk Teamwork dan Action. Berawal dari upaya penyebaran COVID-19 sejak 3 bulan lalu hingga saat ini kita dihadapkan dengan New Normal bukanlah tugas pribadi, melainkan tugas kolektif kita semua untuk belajar dan berbagi current update dan semangat guna menyamakan cara pandang untuk dapat bangkit bersama mewujudkan visi perusahaan. (IPC)